Tampilkan postingan dengan label Bandarmologi. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Bandarmologi. Tampilkan semua postingan

Bagaimana Mengetahui Saham Apa yg akan Naik ?

One trillion dollar question... Saham apa yang akan segera naik? Naik tinggi dan kencang? Bagaimana mengetahui suatu saham akan segera naik harganya? Pengetahuan umum yang ada selama ini berusaha menjawab pertanyaan tersebut dengan dua pendekatan, yaitu:
1. Technical analysis
2. Fundamental analysis

Mitos #1  Kemampuan hebat Fundamental analysis menjadikan Warren Buffett kaya-raya / mampu memperkirakan suatu saham akan terbang tinggi harganya.

Tidak tepat, itu hanya di pikiran masyarakat umum sebagai hasil dari pemberitaan media. Faktanya Warren Buffett menjadi kaya-raya karena mampu melipatgandakan portfolionya dengan pertumbuhan rata-rata hanya 23% per-tahun selama lebih dari 50 tahun! Bila setahun ada 52 minggu, maka cukup dengan pertumbuhan portfolio kurang dari +0.5% per minggu.... anda bisa menjadi sekaya Warren Buffett !
Fakta #1 Kekayaan finansial dihasilkan dari system compounding-interest ! (keajaiban bunga- majemuk)

Mitos #2 Value investing akan melipatgandakan kekayaan secara pasti.
Tidak sepenuhnya benar. Kalau memang value-investing mampu memprediksi kenaikan harga saham secara eksak.... mengapa ada saham yang Price-Earning Ratio-nya tinggi ( dengan kata lain: valuasi saham sudah mahal, dimana harganya diatas nilai intrinsik) namun harga sahamnya masih terus melaju naik? Dan ada saham yang PE-Rationya rendah ( dengan kata lain: valuasi saham murah, dimana harga saham di bawah nilai intrinsik) tapi harganya nggak naik-naik?

*Catatan. Secara matematis umum, PE-Ratio dianggap rendah bila rasionya lebih rendah dibanding dengan deposito di bank. Sebaliknya PE-Ratio dianggap tinggi bila rasionya lebih tinggi dari bunga deposito. Bila misalnya bunga deposito 10% p.a. maka PE-Ratio deposito = 100/10 = 10 . Maka suatu saham dengan PE-Ratio di bawah 10 dianggap under-value secara umum. Namun tetap saja faktanya bahwa tidak ada satu saham-pun yang bila PE-rationya katakanlah 1 akan melaju menjadi 10, atau saham yang PER 30 lalu kemudian akan segera kembali  turun supaya mendekati PER 10x. Jadi tidak ada ekuilibrium, tidak ada kepastian... maka demikian juga dengan value-investing hanya berupa persepsi dinamis di pikiran masing-masing investor, bila tidak mau dianggap sekedar "mitos".
Fakta #2 Faktor inflasi (pertumbuhan uang lebih tinggi dibanding pertumbuhan barang/ jasa) menyebabkan harga produk - termasuk saham - secara umum dalam jangka panjang akan naik terus harganya.

Mitos #3 Semua informasi pasar sudah tercermin dalam Technical Analysis , dengan demikian analisis teknikal dapat mengetahui pergerakan harga saham di masa datang (dengan kata lain: bisa mengetahui bilamana saham akan segera terbang harganya)
Ini mental masyarakat umum yang cenderung mempelajari pola-pola di masa-lalu untuk memperkirakan kejadian-kejadian di masa-datang. Padahal belum tentu rutinitas di-masa-lalu akan menjadi rutinitas di-masa-depan. Contoh: bila setiap hari George mampir ke McD membeli burger di tengah perjalanan menuju kantornya, maka kemungkinan besar besok demikian juga. Faktanya besok kita tidak tahu apakah George tetap melakukan hal itu? Bisa saja  karena tiap hari George mengkonsumsi burger keju dan soda hingga kegemukan + stress pekerjaan.... besok ia mengalami stroke ringan? Dengan demikian dua hari berikutnya dan seterusnya George tidak lagi mampir ke McD... (mampirnya ke klub sehat :D )
Fakta #3 Kejadian (kebiasaan) di masa-lalu adalah fakta sejarah yang tersimpan di dalam memori pikiran. Kejadian (kebiasaan) di masa-depan adalah hasil dari keputusan (kejadian) di masa-kini yang bersifat dinamis (tidak pasti, fleksibel, dapat berubah-ubah tergantung situasi)

Perhatikan gambar analisa teknikal di-atas. Perhatikan baik-baik.... sekali lagi, perhatikan! Apakah garis merah itu akan terus ke arah atas? Sepertinya demikian, prediksi umum begitu. Namun faktanya kita tidak tahu! Rangkaian kejadian sangat bersifat fleksibel. Garis merah itu bisa terus naik, mendatar atau turun... tergantung keputusan dari pemilik tangan di gambar tsb, alias tergantung orang yang menggambarnya!

Kembali kepada "fakta pasar".... harga saham digerakkan oleh para pelaku-pasar, bukan FA atau TA.
Memang benar kalau para pelaku-pasar dipengaruhi oleh FA atau TA, itupun keputusan masing-masing,  apakah mau atau bahkan menerjunkan diri untuk menggumuli FA atau TA!
Fakta #Utama Harga saham digerakkan oleh money-flow alias the-power-of buyers VS  the-power-of-sellers.




Rahasia Sukses George Soros: Esensi Alchemy of Finance

* Bagaimana sukses keuangan & kegagalan prediksi dapat dirujukkan?
 

Alchemy: berusaha menciptakan keadaan yang diinginkan. Sasaran utama alchemy: sukses operasional. Dalam pasar finansial, sukses operasional yaitu consistently exponential profit.
Sukses keuangan bergantung pada kemampuan untuk mengantisipasi harapan yang ada & bukan perkembangan dunia nyata.

* Prediksi... Hanya merupakan kerangka pikir untuk memahami rangkaian kejadian, saat itu tergelar. Diuji di lapangan (market): yang lulus dikukuhkan, yang gagal dibuang. Lakukan secara sadar. Kriteria: sukses operasional.

Secara sadar rumuskan hipotesis, maka kita dapat secara konsisten mengungguli rata-rata pasar, asalkan prediksi spesifik kita tidak menyimpang terlalu jauh. Perlakukan pasar sebagai mekanisme untuk menguji hipotesis, merupakan hipotesis yang efektif. Ini memberikan hasil yang lebih baik daripada sekedar langkah-acak (random walk).

* Kriteria yang dapat kita gunakan untuk mengidentifikasi kesalahan kita:  perilaku pasar. Proses pengambilan-keputusan kita dipengaruhi oleh tindakan pasar. Pasar menyediakan kriteria untuk menilai keputusan investasi.

* Bertaruh menentang harapan yang umum berlaku (trend), jauh dari aman. Jadilah Anti-contrarian yang teguh!

* Bila rangkaian kejadian dipengaruhi oleh bias pelaku, kejadian-kejadian di masa depan terbuka untuk dimanipulasi oleh pengamat. Para pelaku mungkin lebih tertarik untuk mengubah rangkaian kejadian, ketimbang memahaminya.

* Memperdebatkan motivasi akan sama sekali tidak bermanfaat. Setiap kontribusi haruslah dipertimbangkan berdasarkan kegunaannya & bukan berdasarkan niatnya. Masalahnya bukan menyangkut motivasi, melainkan menyangkut efek operasional.

* Pasar telah selalu membantu menjaga kesadaran kita akan realitas. Realtime experiment mengembalikan aktivitas investasi & kemampuan kita mengekspresikan diri sendiri.

* Dalam peradaban kita, nilai laba (profit) dilebih-lebihkan &  begitu juga nilai obyektivitas. Harga pasar merupakan kriteria efektivitas, tapi bukan kriteria kebenaran.

Paradoks Reformasi Sistemik
Hidup (fisik) itu sementara; hanya kematian yang permanen.
Solusi temporer jauh lebih baik daripada tidak ada solusi sama sekali. Yang permanen & sempurna adalah kematian. Ide tentang kematian hanyalah satu gagasan, dan kaitan antara fakta & gagasan tidaklah sempurna. Fakta yang jelas & ada sekarang adalah bahwa kita hidup.

Prediction: Market Behavior vs Ourselves Behavior

Saya kira setiap penulis memiliki satu harapan bahwa karyanya bisa memberi manfaat kepada pembaca. Keadaan yang saya pikirkan adalah: ketika tengah bekerja, kita sering kali menerima sms dan panggilan telepon dari tele-marketing yg menawarkan produk-produk finansial seperti angsuran kredit tanpa jaminan, asuransi dan peluang di pasar future atau forex.

Kebetulan duakali*  pekerjaan saya adalah sebagai pialang saham (sejujurnya saya tidak menyukai kata pialang, apalagi broker. Saya lebih memilih istilah "mas" : singkatan dari market associate & supporter) yang sebagian pekerjaannya  adalah up-date berita & analisa saham/ pasar.

Ketika client (atau anda) bertanya saham apa yang prospek atau bagaimana prospek suatu saham, atau bagaimana tren pasar, biasanya saya menjawab (saya yakin demikian juga rekan-rekan  pialang yang lain, juga analis dan para 'pakar') dengan up-date berita, rumor, plus tambahan argumentasi dengan memaparkan analisa teknis (TA) maupun fundamental (FA). Pemaparan dengan  menggunakan 'analisa' terkesan meyakinkan, canggih, pakar, "expert", sound rational & reasonable, sebab-akibat yang selalu dapat dibuktikan... setelah kejadian!

SETELAH TERJADI itu SELALU TEPAT
Ya. Misalnya anda penasaran dg saham A, sekarang tanggal 10/10 harganya Rp1000, & bertanya kepada 'pakar' bagaimana prospeknya. Kemungkinan pakar tsb akan menjelaskan dengan cara:
# memberi informasi dari berita2  ttg perusahaan tsb, 

#lengkap dengan paparan analisa:
.)TA Teknikal 

misalnya: pola up-trend; target atau resistance-nya  rp1200, support rp950,
.)FA fundamental 

misalnya: masih under-value sebab  valuasi wajar rp1500

Jadi rekomendasi pakar sekarang: Buy (Rp1000) dengan target trader sell Rp1200, target investor hold (SEBAB fair-value nya Rp1500)

Andai bulan depannya yaitu tgl 11/11 saham A ternyata rp900, maka pakar selalu tepat setelah terjadi, sebab:
# trader harusnya sudah memotong kerugian (cut-loss) pada titik support rp950.
# investor harusnya tetap hold dan tenang, karena "fair-value"nya rp1500!

Saya tidak perlu jelaskan bilamana harga saham A tgl 11/11 misalnya rp1100, karena dengan demikian opini pakar tsb secara faktual ke "arah yg benar" (SEBAB target rp1200 utk trader, rp1500 utk investor).

Bagaimana kalau berikutnya tgl 12/12, harga saham A rp700? Pakar selalu benar (saat terjadi):
# trader harusnya menghindari saham ini, karena secara grafis TA-nya down-trend. Ingat stop-loss rp950.
# investor perlu meng-evaluasi lagi posisinya, SEBAB ada berita-data terbaru emiten tsb yg bakal mengubah valuasi-nya sehingga FA yg lalu menjadi tidak valid lagi. Taksiran sekarang valuasi wajar menjadi rp1000.

Bagaimana & mengapa sering terjadi - andai anda investor - cenderung hold-saham A (SEBAB harga beli awal rp1000 masih = valuasi revisi tsb). Atau yg lebih absurd adalah melakukan average-down (SEBAB rp700 itu menjadi lebih under-value) ?

SEBAB - AKIBAT
 

Blog tulisan ini adalah bentuk 'greget' saya saat ini, akan kesalahan-kesalahan mendasar atas pola pikir para pelaku pasar (termasuk diri saya sebagai seorang "mas"), dalam memandang dan memprediksi dinamika dan volatilitas di bursa. Pikiran kita - sepertinya tanpa sadar - telah dibentuk, atau diarahkan, oleh pendapat para pakar analisis investasi (TA dan FA) dan pengetahuan akademik para ekonom canggih yang mendasari analisis tersebut. Pada kenyataannya (anda bisa lakukan uji statistik, kalau mau) prediksi, pendapat atau analisis para pakar tsb seringkali tidak benar

Anda, saya dan para pakar saham sebetulnya sama-sama TIDAK  TAHU apa yg akan terjadi hari  esok; namun para pakar memiliki cara yg canggih utk menjelaskan, mereka punya "CERITA SEBAB-AKIBAT yg lebih baik dan terasa masuk-akal" daripada kebanyakan orang awam! Keberhasilannya dalam prediksi tidak lebih dari kebetulan (expert's luck) yang  seringkali diberitakan & disebar-luaskan sehingga seolah-olah menegaskan kecakapannya dalam prediksi; namun kegagalannya tidak lebih dari kesalahan pasar, atau seringkali terlupakan & tidak diberitakan, atau dipatahkan dengan argumentasi sebab-akibat terbaru!

POSISI POSISI POSISI
Kalau bisnis properti mengenal jargon "lokasi-lokasi-lokasi" maka bisnis finansial (seperti pasar saham) adalah pas  dengan jargon "posisi-posisi-posisi". Posisi buy antisipasi saham naik (saat sideways). Posisi hold ketika saham trend naik. Posisi sell ketika (trend) saham turun.

Pemahaman dan pengetahuan yang saya paparkan di sini, tidak  dimaksudkan sebagai pengganti analisa teknikal, analisa fundamental maupun analisis psikologis & intuitif, karena tugas tsb sudah dilakukan oleh para pakar dan diri anda sendiri. Tujuan utama saya disini adalah menyajikan pandangan dari atas (helicopter-view) cara kerja pikiran dalam membuat prediksi + keputusan, dan pandangan dari dalam (insight-view)  mengenai cara kerja pasar modal (yang secara khusus, contoh pemaparannya adalah pasar saham Indonesia - Bursa Efek Indonesia) sehingga meningkatkan kualitas keputusan dalam bertransaksi  (buy-hold-sell) bagi semua pelaku pasar.

Dengan kata lain secara singkat: tujuannya adalah U3
Untung-untung-untung atau
Ujung-ujungnya untung :)


Salah satu perkembangan yang  penting adalah, kita  sekarang mengerti bahwa prediksi - baik analisa atau intuisi - para pakar maupun kita sendiri berpotensi sama benarnya (atau sama salahnya). Tinggal bagaimana kita menyikapi prediksi-prediksi tsb dalam membuat  keputusan. Akibat memahami & menyikapi prediksi-prediksi secara lebih baik & bijaksana, menyebabkan pilihan-pilihan keputusan yang lebih baik. Akibat eksekusi keputusan-keputusan yang lebih baik menyebabkan kebetulan-kebetulan yang kita sebut sebagai keberuntungan atau "keberhasilan".

Benar-benar benar
Prediksi --> sikap --> alternatif --> keputusan --> 

                                  kebetulan = keberuntungan

MONEY MANAGEMENT - Rahasia Para "Bandar"


MONEY MANAGEMENT

KRISIS MAKNA : DIRI SENDIRI
"Kata krisis, bila ditulis dalam bahasa Cina terdiri dari dua karakter - satu melambangkan bahaya, yang lain melambangkan kesempatan."
~ John F. Kennedy ~ 
 
Keyakinan punya banyak konsekuensi ke depan. Misalkan, keyakinan global kita tentang konsep kekurangan dan kelimpahan, konsep pasar saham (yang seringkali orang lupa bahwa yang tepat adalah pasar lelang saham) - bearish market atau bullish market - akan menentukan tingkat tekanan dan kemurahan hati akan waktu, uang, energy dan semangat kita. Namun yang lebih kuat dari itu semua adalah keyakinan inti yang menyaring semua persepsi. Keyakinan ini langsung terus mengendalikan keputusan hidup. Ini adalah keyakinan tentang identitas kita sendiri. Kita ini trader atau investor? Analis atau oportunis? Businessman atau player?

Apa identitas itu? Ini Cuma keyakinan yang digunakan untuk mendefinisikan individu, apa yang membuat unik - baik, buruk, atau biasa saja - dari individu lain. Rasa pasti tentang siapa diri kita, menciptakan batas. Kemampuan itu bersifat konstan, tapi seberapa banyak penggunaannya, tergantung pada identitas yang dimiliki.

Kita semua terus bertindak untuk mengetahui siapa diri ini sebenarnya, entah pandangan itu akurat atau tidak. Alasannya karena organism manusia yang paling kuat adalah kebutuhan konsistensi. Budaya hidup kita menghubungkan kesulitan dengan inkonsistensi, kesenangan dengan konsistensi. Coba pikirkan, bila seseorang mengatakan sesuatu tapi melakukan hal yang berbeda. Mengakui satu cara, namun bersikap lain? Kita menyebut orang tersebut plin-plan, tidak stabil, tidak bisa diandalkan, atau tidak bisa dipercaya. Maukah kita menjadi pribadi seperti itu? Tentu tidak! Maka bilamana kita berdiri di depan umum kemudian menyatakan keyakinan siapa diri ini dan apa tujuannya, berarti kita mengalami tekanan kuat untuk mempertahankan konsistensi, tanpa peduli akibatnya di masa depan.

Tentu ada penghargaan luar biasa bila tetap konsisten dengan identitas yang dinyatakan. Apa sebutan untuk seseorang yang konsisten? Kita menggunakan kata seperti cerdas, teguh, kuat, loyal, stabil, dapat dipercaya, professional, rasional, setia. Sukakah kita mendapat label ini? Bagaimana rasanya memikirkan diri seperti itu? Jelas orang akan menyukainya. Jadi kita perlu tetap konsisten untuk menjalani perubahan dari identitas diri masa-lalu (yang kurang baik atau kurang pas) menuju kepada identitas diri masa-kini terus ke masa-depan (yang terbaik dan pas) yang telah kita rancang dengan hati-hati, dan senantiasa mengenakannya.

Apakah identitas kita dibatasi oleh pengalaman pribadi? Tidak. Pengalaman hanya memberikan pengaruh. Yang membatasi adalah interpretasi kita atas pengalaman itu sendiri.

Lalu, apa hubungannya ini semua : keyakinan, krisis makna, identitas diri - dengan cara mendapatkan kesempatan untung di pasar saham? Siapakah kita sebenarnya? Tindakan dan hasil yang kita wujudkan dari pasar saham, merefleksikan identitas diri kita yang sebenarnya…….. 

Jadi siapakah diri kita:
1. Telur atau ayam ?
2. Pemikir (analis) atau pelaku (oportunis) ?
3. Penonton (monitoris) atau pelaku (trader / investor) ?
4. Pengambil rugi (cut-looser) atau pengambil untung (profit taker) ?
5. Penggerak pasar (market mover) atau pengikut pasar (market follower) ? *
* Selama ini terdapat miskonsepsi umum bahwa market-mover adalah penggerak pasar bermodal besar yang mampu menggerakkan arah pasar keatas atau ke bawah. Konsep tersebut mengabaikan atau mengganggap tidak ada dua situasi ini : 
Pertama, gerakan pasar stabil (sideways). 
Kedua, likuiditas rendah pada suatu saham (pasar) di rentang waktu tertentu.
6. Pengikut trend (trend follower) atau pelawan trend (contrarian) ?
7. Pengelola uang (money manager, money master) atau …….. penghambur uang (money waster)
8. Pengelola waktu (self-time management, melakukan hal-hal yang baik dan berguna MENURUT KITA) atau penghambur waktu (melakukan hal-hal yang sia-sia MENURUT KITA)

Untuk Poin no.1 sampai dengan no.6, tidak mudah bagi kita untuk mengidentifikasikan diri, hendak menjadi yang mana, atau lebih baik yang mana. Tapi mungkin anda mengatakan bahwa untuk poin no.4 pasti kita mau mengidentifikasikan diri sebagai seorang profit taker, bukan looser. Baiklah, tapi pikirkanlah dengan jujur: tidak ada seorang investor pun yang tidak pernah mengalami kerugian (menjadi pengambil rugi). Jadi ada saat-saat dimana kita 'perlu' menjadi seorang 'looser' di sementara waktu. Yang ingin saya sampaikan di sini adalah bahwa untuk poin 1 sampai dengan poin 6 itu kita tidak perlu memilih identifikasi mana (yang lebih baik) . Tidak penting.

Hal yang berbeda untuk poin no.7 dan no.8. Kita sepakat bahwa mengidentifikasikan diri sebagai pengelola keuangan dan waktu adalah yang tepat. Nah, kalau begitu, mengapa selama ini kita….
1. Masih memperdebatkan atas hal mana yang lebih dahulu antara telur atau ayam?
2. Memposisikan diri sebagai seorang analis lebih daripada seorang oportunis?
3. Merasa lebih baik menjadi trader/ investor , daripada monitor saja yang tidak menghasilkan apa-apa?
4. Takut cut loss, buru-buru take profit ?
5. Bukan / tidak pernah bisa menjadi market mover, hanya market follower ?
6. Bingung, lebih baik menjadi trend-follower atau contrarian ?

Sementara itu jarang sekali kita menyadari waktu yang kita habiskan untuk apa? Apakah modal capital yang kita gunakan hanya sebagai kolateral untuk kita dapat beraktivitas di pasar saham, atau memang kita mengelolanya? Antara ber-aktivitas di pasar saham (beli, tahan, jual) dengan mengelola aktivitas kita di pasar saham (mind & money management) seperti serupa, tapi berdampak yang sangat jauh berbeda. Memang tujuan semua pelaku pasar adalah sama yaitu mendapatkan profit. 

Namun money management memiliki keunggulan, yaitu:
1. Ada tujuan spesifik yang terukur dan tertulis.
2. Memberikan pedoman - standar operational procedure - dalam aktivitas di pasar.
Jadi siapapun kita - bila ingin terus sukses di pasar modal - tidak perlu berupaya menjadi ahli seperti analis, trader atau investor. Identitas yang benar-benar dibutuhkan hanya satu :

MONEY MANAGER

Beberapa keahlian yang ada dalam money management:
* Mind management : self-awareness, emotional intelligent
* Asset management : capital management, portfolio management
* Risk management : profit-loss probability
* Business management: keahlian membaca situasi pasar (operational analysis), business planner, decision maker, decision analysis, executing skill

Beberapa keahlian tambahan (optional) :
- Fundamental analysis : value investing
- Technical analysis : chartist, psychological
- Negotiation skills ( pandai bermain poker )
- Economist : macro economy, micro economy, sectoral
- Statistic expertise : probability theory
- Intuitive skills
Jadi money manager adalah trading planner & executor.


KRISIS MAKNA : PASAR SAHAM
"Kalau kita menganalisis system operasinya, maka bahasa yang tepat adalah stock-auction, bukan stock-market. Dengan memahami hal mendasar ini, akan mengubah cara pandang kita mengenali situasi pasar, yang pada akhirnya akan memberikan kita suatu keunggulan - bila kita menggunakannya. ~ Eko Taba ~

Cara pasar saham beroperasi:
- 'Pasar' saham adalah system lelang terbuka (open auction) ; padahal di pasar (toko , mall) harga kebanyakan fixed, atau nego.

- Pada 'pasar' saham, done transaction indicates buyer value = seller value. Pembeli relative sama banyaknya dengan penjual. Namun pembeli bisa berubah menjadi penjual, demikian juga sebaliknya penjual bisa tiba-tiba berubah menjadi pembeli.
Sedangkan di pasar: penjual datang untuk menjual dan pembeli datang untuk membeli. Atau sekedar melihat-lihat, cek barang dan harga (baru menjadi calon pembeli). 
 
- Di 'pasar' saham : lower price indicates seller power > buyer power
Higher price indicates buyer power > seller power

* 'Pasar' saham = POWER (Money action) mechanism
Instead of conceptual mechanism (value FA or trend TA)

Sehingga sebenarnya:
* Market = Auction (Lelang)
* Investor = Collector
* Trader = Opportunist (pengambil kesempatan), Speculator
* Fund manager = Big participant
* Herd (gerombolan, pelaku pasar) = Auction participants

Analogi "Saham" :
- Stock (saham) = livestock (ternak)
- Emiten = peternak
- Owner = pemilik peternakan
- Direksi = gembala

Market situation = Auction (place) situation
* Bull market = Premium auction, at Mall
* Bear market = Discounted auction, at the street


RAHASIA PARA BANDAR
Sebagai seorang money manager, mengerti akan paradigma cara operasi 'pasar' saham yang tepat tersebut, akan memberikan kita suatu keunggulan, bila kita menggunakannya. Kita harus cermat membaca situasi pasar, bukan melulu soal-soal teknis seperti TA atau FA. Untuk sukses di lelang terbuka, kita harus mampu sebisa mungkin mengenali para partisipan lelang lainnya, dalam hal:
- Strateginya, tujuannya
- Powernya (besar dana)
- Kelompok / koalisinya
- Time-project nya.
Ini adalah rahasia 'bandar' saham (smart money) bekerja !

Bandar saham atau money manager yang baik, memburu sukses operasional (yaitu mendapatkan profit), bukan memburu 'kebenaran' (analisis FA, TA atau opini kita menjadi kenyataan). Oleh sebab itu kita mempelajari apa yang saya sebut sebagai Operational Analysis

 
MONEY MANAGEMENT : TRADING PLAN
Inilah langkah pertama: membuat perencanaan, membuat tujuan keuangan! Ini adalah langkah yang menyederhanakan arti sukses, dengan kuantifikasi. Money management di pasar saham harus mencakup minimal :
  1. Alokasi dana: total alokasi dana saham = alokasi dana investasi + alokasi dana trading.
  2. Struktur permodalan: alokasi dana + fasilitas margin
  3. Struktur portfolio: alokasi investasi + alokasi trading
  4. Let profit run dengan trailing profit +X % (proteksi profit)
  5. Cut loss fast dengan stop-loss - Y %. X > 3Y.
Poin ke-6 : Jangka waktu (holding-period) perlu juga direncanakan, namun tidak terlalu mengikat (lebih fleksibel untuk diubah), mengingat konsep waktu adalah konsisten: bertambah maju. Sementara konsep harga saham tidak konsisten: bisa naik-turun.
Perlu diingat bahwa harga saham didasarkan atas uang (Rupiah), dan konsep uang adalah: terus bertumbuh, naik, bertambah banyak (Inflasi)! Maka memang benar bahwa
uang bekerja untuk anda” = uang “bekerja sendiri”. 
 
Jadi masalah sesungguhnya yang harus menjadi perhatian dari pengelolaan (management) kita adalah fluktuasi naik-turun harga saham + pemilihan saham yang tepat, sedemikian sehingga secara hipotetis statistic memiliki tingkat pengembalian yang tinggi di atas pertumbuhan uang (inflasi), bahkan seharusnya diatas pertumbuhan IHSG atau rata-rata tingkat pengembalian reksadana. Kalau tidak begitu, sebaiknya percayakan saja uang kita kepada para fund-manager (Bandar, smart money) yang kita percayai. Namun hal ini menimbulkan masalah lanjutan: apakah kita percaya bahwa fund-manager tsb mampu menghasilkan kinerja yang lebih baik di masa depan?



KEAHLIAN DALAM MENJARING KEBERUNTUNGAN
Kalau memang kebenarannya bahwa pergerakan saham lebih susah diduga daripada yang kita prediksi, lalu bagaimana cara meraup keberuntungan di bursa saham? Gunakan selalu akal sehat : UNTUNG adalah bila 
 
UNTUNG > RUGI

Terpaksa saya mengutip kembali pernyataan kritis yang paling populer :
"It's not whether you're right or wrong that's important, but how much money do you make when you're right and how much you lose when you're wrong"
~George Soros~

Pertanyaan Kritis
+ Bagaimana supaya untung > rugi? Buatlah jaring keberuntungan :
MONEY MANAGEMENT 
 
+ Bagaimana membuat money management yang baik, menghasilkan?
* Gunakan rumus Untung > Rugi , sehingga…
Trailing profit % > stop loss %

+ Bagaimana men-desain besaran % profit atau loss?
* Kuantifikasi perasaan

+ Bagaimana meng-kuantifikasi / meng-kapitalisasi perasaan?
* Ini bersifat subyektif. Kita harus jujur dengan diri sendiri, tahu atas level keyakinan diri sendiri. Tidak perlu nyontek orang lain. Kisi-kisinya sih 3% profit untuk setiap 1% loss. Tapi kalau mau 3% profit untuk 2,5% loss ya ngga apa-apa (terlalu pesimis?). atau 5% profit untuk 1% loss (terlalu konfiden?). Yang penting %profit > %loss. Dan yang pasti tidak boleh 0% loss karena tidak mungkin. Superman saja bisa terluka

+ Mengapa kita sering merasa bahwa bila setelah cutloss (melakukan stop loss), seringkali saham tsb berbalik arah sehingga sebenarnya bisa memberikan keuntungan? Bagaimana menghindarkan hal tsb?
* Jangan menggunakan perasaan. Yang sebenarnya terjadi adalah kita sudah melakukan hal yang baik, disiplin trading. 
 
+ Atau sering juga setelah melakukan take profit 3% target, saham tsb ternyata masih bisa naik terus ?
* Perlu diingat bahwa batas atas adalah TRAILING profit 3% jadi tidak terlalu mengikat. Maka sebaiknya bila naik, biarkan dulu, istilahnya "let profit run…"

+ Bagaimana kita tahu ketika saham menyentuh target profit 3% lebih baik take profit atau let-profit-run (hold position)? Mana yang terbaik, lebih menguntungkan yang mana?
* Tidak ada yang tahu. Yang ada adalah saran terbaik: take profit dirty. Ambil untung atas sebagian saham tsb sebagai proteksi profit. Sebagiannya lagi biarkan mengambang (buat trailing profit yang baru). Dengan cara ini maka bila harga saham masih terus naik kita masih mendapatkan tambahan profit, sementara bila harga turun kita sudah memiliki 'bemper profit' dari sebagian yang telah dijual.

+ Bolehkah kita mengubah besaran % profit > % loss?
* Boleh. Asal bukan dengan alasan perasaan. Dan jangan terlalu sering. Alasan yang utama untuk mengubah besaran tsb adalah karena ada perubahan data: adanya katalis baru, yang belum terkandung didalam desain % profit > % loss awal.

+ Kita sudah mengubah besaran %profit > %loss, tapi mengapa tetap saja diakhir periode, kita mengalami kerugian? (total rugi > total untung)
* Cek data statistic, kemungkinannya karena:
- Kita tidak memperhitungkan % fee transaksi dalam komponen. Jadi yang awal kita 'kira' 3%profit > 1% loss, faktanya ya 3%profit > 2%loss (1% fee transaksi)
- Kita terlalu cepat menutup keuntungan. Ingat yang sebenarnya adalah:
( 3 + trailing )% Profit > (1+1)% Loss.
Ini 'gue banget dimasa lalu'… 3% adalah takaran minimal profit, jangan buru-buru ditutup. Cek statistic: seringnya profit bisa terus 5,7 bahkan 12% alias unlimited vs (1+1)% loss limited potential.
- Frekuensi trading. Akumulasi fee dari over-trading akan menggerus profit. Atau bisa juga karena frekuensi trading yang rendah (under-trading) sehingga probability profit > loss tidak terdistribusi.

+ Kita sudah cek data statistic: sudah menambahkan fee sebagai bagian dari loss, mendesain trailing profit (take profit dirty), frekuensi trading sesuai… namun diakhir periode, masih mengakumulasi kerugian?
* Kemungkinan besar kita:
- TIDAK DISIPLIN
- Periode akumulasi kurang panjang. Menghitung Total Profit/Loss jangan per-minggu apalagi per-hari. Idealnya minimal dihitung per-bulan. Lalu buat juga yang per-kuartal dan per-tahun, seperti laporan keuangan perusahaan pada umumnya. 

Selamat membuat dan menggunakan 'tools' seperti para 'bandar' bekerja.... :) 

Cepat Untung Menang Besar


Cuma - cumb : Cepat untung menang besar... adalah idaman setiap trader-investor / pelaku pasar saham maupun pasar finansial lainnya. Pertanyaan selanjutnya:
Seberapa cepat?
Seberapa besar?

Sebulan gain 10%. Setahun gain 100% ? 1000% why not..?
Bila deposito menghasilkan return-on-investment ROI 10% p.a. maka bagi sebagian trader menyatakan seharusnya trading bisa menghasilkan ROI 100% p.a. atau 10% per-bulan. Perhatikan 'seharusnya' berarti keadaan sekarang belum terjadi. Itu hanya rencana. Perlu diingat bahwa pasar saham ada resiko menghasilkan ROI -10% bahkan lebih sedangkan deposito relatif tidak ada ROI negatif (kecuali bank-nya ditutup itu masalah lain dan tidak layak diperbandingkan).

In my opinion tidak pantas juga memperbandingkan tingkat keuntungan deposito dengan tingkat keuntungan saham atau forex. Mengapa?
1. Perbedaan resiko sistemik.
Saham dan forex sistem-nya berfluktuasi sehingga bisa menghasilkan return negatif sedangkan deposito tidak.
2. Perbedaan sistem itu sendiri
Uang adalah underlying transaction. Sistem perbankan adalah deposito vs kredit.
Sedangkan saham adalah paper-asset transaction dengan alat-ukur-dasarnya uang. Jadi bisa dikatakan bahwa saham adalah salah-satu dari advance-nya uang.

Jadi uang itu PASTI BERTUMBUH (dengan kata lain dari ilmu ekonomi : inflasi) sedangkan saham tidak pasti bertumbuh, malah bisa berkurang. Intinya adalah ada perbedaan dari ENERGI pertumbuhan uang (deposito) dengan harga-saham. Kecepatan pertumbuhan uang relatif konstan dan mudah diprediksi, sedangkan kecepatan pertumbuhan harga saham relatif berfluktuasi dan lebih sulit diprediksi. Pergerakan harga saham pasti berhubungan dengan mata-uang, sedangkan pergerakan mata-uang belum tentu diikuti oleh pergerakan harga saham.