Beware: Opportunities at Bearish Market

Kesempatan mendapatkan keuntungan dari pasar sedang turun (bearish market) tentu tidak lebih mudah dari kesempatan di saat pasar sedang naik (bullish market), terlebih di bursa saham Jakarta dimana tidak diperkenankan melalukan short-sell alias menjual dahulu saham pinjaman dengan harapan membeli kembali (menutup pinjaman saham) ketika harganya jatuh, sehingga mendapatkan selisih keuntungan.

Namun dari sisi kuantitas atau jumlah pelaku pasar modal tanah air yang masih relatif sedikit (sekitar 300.000 orang saja dibandingkan dengan 240 juta penduduk Indonesia) justru menjadi kesempatan bagi pemodal sangat besar untuk menciptakan harga (saham) nya sendiri di pasar.

Kalau begitu, peluang apa yang bisa diambil oleh seorang investor bermodal biasa di saat bearish market ini? Bisa dikatakan : hampir tidak ada! Strategi follow the big-boys yang berlaku di pasar saham berkapitalisasi kecil seperti Jakarta ini, akan menjadi riskan karena para big-boys pun akan berupaya mengamankan portfolio mereka sendiri, atau melakukan penjualan masif... kepada siapa?

Mungkin peluang yang tersisa adalah membeli dari pelaku pasar yang terpaksa melakukan penjualan force-selling alias terpaksa karena terkena margin-ratio (pembelian saham menggunakan leverage hutang) yang menciptakan kepanikan pasar secara tajam, sementara itu pada saham ybs masih merupakan bagian besar dari portfolio big-boys yang menunggu saat yang tepat, yaitu ketika penjualan paksa tersebut sudah selesai, untuk kemudian baru melakukan pembelian dalam rangka menjaga harga-nilai portfolionya itu.

Tiga aspek kritis dalam berinvestasi saat bearish market atau dalam situasi gejolak ekonomi:

1. Valuasi emiten di masa yang akan datang menjadi berubah.
Harga saham jatuh di bawah valuasi saat ini, belum tentu di bawah valuasi yang akan datang. Dengan kata lain, analisa Fundamental masa lalu menjadi tidak relevan dengan situasi ekonomi yang berubah sekarang.

2. Volatilitas penurunan harga saham membuat prediksi titik terendah menjadi nyaris mustahil.
Gejolak ekonomi yang diikuti oleh penurunan harga saham seringkali menciptakan kepanikan pasar yang mengakibatkan ilmu Technical Analysis yang paling canggih sekalipun menjadi tidak dapat secara tepat menentukan titik atau garis support harga saham tsb.

3. Volume transaksi cenderung tipis (sepi, sedikit), namun sesekali bisa tiba-tiba ramai.
Seperti mata uang yg memiliki dua sisi, di sisi satu diperlukan kesabaran tiada batas saat market sepi, sementara di sisi lainnya tetap dibutuhkan kewaspadaan, kesigapan bilamana tiba-tiba volume dan atau volatilitas meningkat.

Tiga strategi alternatif utama dalam situasi Bearish Market

1. BOW-SOS
Trader : Buy on weakness - Sell on strength
Teknik swing-trading dengan market minute-timing beli ketika panic (biasanya pagi hari atau sore hari) dan jual ketika terjadi technical rebound (siangnya bila beli pagi, atau besok paginya bila beli sore).

2. VISS
Investor : Step-by-step Value Investing
Teknik membeli saham secara bertahap ketika harga suatu saham jatuh menjadi under-value alias harga di pasar lebih rendah daripada nilai atau valuasi yang sesungguhnya (atau yang sudah diperhitungkan terlebih dahulu sebelumnya).

3. CREW (cash ready & wait)
Trader & Investor : Cash ready, stay away....wait, watch and catch when trend-reversal
Tidak melakukan apa-apa, mengosongkan portfolio saham dan menimbun cash merupakan salah satu teknik terbaik dalam situasi bearish market.

Kalau kita menilai suatu situasi dalam keadaan  Risk >  Reward, mengapa harus dipaksakan masuk atau ambil posisi?



Prepare for the worst. Hope for the best. Living for trading-investing.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar