[Hari ke-2] Thinking: Get-up Fast but Slow driving

Hari kedua komitmen bangun jam enam pagi masih terlaksana. Turun dari unit jam 7 kurang, bermobil saat jam sibuk di Jakarta, kilometer menunjukkan jarak 3.3 km dan jam 8:00. Kecepatan rata-rata 3 km/ jam! Beruntungnya setelah belok prapatan tembus ke rumah, bisa tiba di proyek jam 8:15. Hanya 5-10 menit koordinasi dengan tukang untuk kelanjutan pekerjaan renovasi... jam 8:55 tiba di kantor dengan jarak tempuh sekitar 10 km. Jadi kecepatan rata-rata 5km/jam! Think : apakah ada artinya bahwa kecepatan rata-rata bermobil di Jakarta saat jam sibuk adalah 3-5 km/jam? Itu hanya berarti "lambat sekali" atau "macet", lalu apa gunanya? Statistik diciptakan hanya untuk mendata dan mengukur. Saya kira dari semua kita tidak peduli atau tidak perlu tahu kecepatan rata-rata saat macet itu 3 atau 5 atau 8 km/jam. Yang lebih penting adalah "borongan waktu" yaitu perkiraan waktu tempuh dari tempat tinggal menuju tempat kerja. Jadi tidak ada yang namanya kecepatan macet rata-rata. Merujuk kepada buku "The Art of Thinking Clearly" karya Rolf Dobelli, ini seperti contoh lain dari sesat pikir (fallacy) nomer 55: Masalah Rata-Rata.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar