Hari ke-4: Sesat Pikir Perencanaan (91)

Hari ke-empat komitmen untuk bangun paling lambat jam enam pagi, terlaksana. Bangunnya malah jam 5.40 sebelum alarm setel-an jam 5.45. Maunya sih rencana berangkat lebih pagi sekitar jam 6.30 dari biasanya yang jam 6.50. Namun ada saja beberapa kegiatan di luar rutin yang 'harus' dilakukan seperti membungkus paket, 'call nature' sebelum waktu biasanya dll sehingga tetap saja keluar unit jam 6.45. Keluar ke jalan raya seperti biasa jam 7 lewat. Macet jalan raya berbeda tempat, sehingga pilihan jalan sedikit berbeda, namun  tetap saja waktu yang dihabiskan untuk perjalanan dari tempat tinggal ke tempat kerja sekitar 1 1/2 jam. Kalau sedang ada situasi tertentu malah bisa sampai 2 jam, bilamana sedang 'beruntung' paling cepat tetap saja tidak kurang dari 1 jam perjalanan.

Saya jadi teringat fallacy (sesat pikir) nomer 91 yaitu mengenai perencanaan. Rencana selalu berhubungan dengan masa-depan. Kita tahu bahwa masa-depan selalu penuh ketidakpastian. Apalagi bila rencana terlalu detail, maka detail perubahan situasi pun bisa berbeda dari perkiraan, meskipun rencana itu adalah rencana sepele dan berjangka-pendek seperti perencanaan untuk perjalanan dari tempat-tinggal menuju tempat kerja seperti yang telah saya ceritakan.

Bayangkan apabila merencanakan sesuatu yang berdurasi panjang dengan detail yang banyak dan berhubungan dengan begitu banyak pihak, seperti rencana renovasi rumah tinggal yang sudah tua....
1. Atap genteng plentong rangka kayu yang sebagian sudah dimakan rayap dan bocor, bisa bocor karena kedudukan atap yang mulai miring (karena reng-nya lapuk dimakan rayap), bisa juga karena gentengnya sudah retak atau bocor rambut.
2. Talang seng ada yang retak sehingga menyebabkan kebocoran
3. Tidak ada gambar struktur bangunan awal
4. Rumah sudah beberapa kali renovasi kecil, tanpa standar ukuran (tanpa sikuan, level dan bentangan yang terencana)
5. Dinding tembok dari kapur, bukan semen. Sebagian sudah meluruh di sana-sini.
6. Kusen dan pintu banyak yang sudah dimakan rayap, padahal rencananya sebagian mau dipakai lagi
7. Sebagian atap dan plafon dari asbes yang rencananya mau dibongkar dan dibuang semua (baru tanpa asbes)
8. Instalasi listrik yang kacau-balau dan sudah ada yang kortslet di sana-sini.
9. Mesin pompa air yang terletak lebih rendah dari level lantai rumah, rawan banjir, kortslet.
10. Lokasi rumah di jalan yang sempit dan buntu, hanya muat satu mobil
11. Posisi rumah berdempetan dengan tetangga sekeliling berdesak-desakan
12. Rumah bukan milik sendiri ; ada kepentingan / keinginan pemilik rumah yang berbeda sudut pandang
13. Kabel listrik dan telepon yang malang-melintang diatas atap sehingga berurusan dengan kepentingan tetangga
14. Rumah penuh sesak dengan barang-barang tua seperti berbagai meja tulis, meja rias, meja makan beserta kursi-kursinya, meja pajangan, lemari baju, lemari pajangan, lemari makan, lemari barang, berbagai tempat tidur beserta spring-bed nya. Belum lagi alat-alat elektronik seperti dua tv besar, kulkas. Tak terhitung elektronik kecil seperti blender, juicer, printer/scanner, jepit rambut, rice cooker, dvd player, modem tv kabel. Berbagai pajangan 'dibuang sayang' seperti lukisan, patung-patung kecil, pernak-pernik, suvenir, lampu-lampu kecil, dll. Juga banyak simpanan baju-baju lama dsb. Masalahnya sebagian besar barang-barang tersebut tetap di simpan di dalam rumah dan rawan mengalami kerusakan atau hilang, ketika renovasi. Sebagian barang disimpan di dalam kamar paviliun, terutama barang-barang elektronik besar, spring bed dan barang-barang pribadi semisal sebagian pakaian, sepatu, peralatan tulis, alat masak, keramik, pajangan yang cukup berharga dll.
15. Bongkar - pasang material lama yang rawan menjadi rusak ketika dibongkar seperti kusen pintu, kusen jendela, atap genteng, wastafel, kran air, fitting lampu, saklar dan stop kontak.
16. Tanpa gambar rencana yang pasti, dengan perubahan rencana ruangan di sana-sini
17. Tanpa rencana pengadaan material - struktur maupun finishing - membeli ketika 'saatnya diperlukan'
18. Rencana pemakaian beberapa material lama seperti pintu, wastafel, jendela yang saat dibongkar baru ketahuan atau menjadi rusak / tidak bisa dipakai atau tidak sesuai.
19. Tanpa bantuan pengawas yang ahli !
20. Tanpa kontraktor.....

Under estimate.
* Baik dari jangka waktu proyek. Rencana awal 2-3 bulan.
* Biaya proyek.
* Pemakaian material lama. Rencana awal genteng lama dan pintu-jendela yang lama

* Jenis pekerjaan renovasi.
Rencana awal 'hanya' bongkar atap rangka kayu ganti atap rangka baja-ringan, perbaikan dinding, renovasi  wc/ kamar mandi. Pada prosesnya, 'terpaksa'
- ganti atap sebagian dengan spandek (yang lama genteng plentong)
- bongkar ruang kamar untuk kamar mandi tambahan di samping kamar mandi lama yg direnovasi
- ganti semua plafon dengan plafon tripleks
- ganti atap lantai dua karena dari asbes dan bocor pula
- ganti lantai kayu/ triplek lantai dua karena sudah rusak
- buat gudang baru
- harus ada penutup tambahan dari gap antara dinding pagar samping dengan talang air setinggi 1,2  x 15 m
- dll yang masih dalam tahap penyelesaian

MARAH : Ilusi tidak terpenuhinya perencanaan / harapan

Mengapa banyak orang - termasuk saya - seringkali merasa kesal / marah bilamana sesuatu yang tidak diharapkan terjadi?   Diluar rencana... tentu tidak diharapkan. Jadi bilamana banyak rencana... banyak potensi tidak sesuai harapan... banyak potensi untuk marah-marah atau kesal :))

Tidak ada komentar:

Posting Komentar