Prediction: Market Behavior vs Ourselves Behavior

Saya kira setiap penulis memiliki satu harapan bahwa karyanya bisa memberi manfaat kepada pembaca. Keadaan yang saya pikirkan adalah: ketika tengah bekerja, kita sering kali menerima sms dan panggilan telepon dari tele-marketing yg menawarkan produk-produk finansial seperti angsuran kredit tanpa jaminan, asuransi dan peluang di pasar future atau forex.

Kebetulan duakali*  pekerjaan saya adalah sebagai pialang saham (sejujurnya saya tidak menyukai kata pialang, apalagi broker. Saya lebih memilih istilah "mas" : singkatan dari market associate & supporter) yang sebagian pekerjaannya  adalah up-date berita & analisa saham/ pasar.

Ketika client (atau anda) bertanya saham apa yang prospek atau bagaimana prospek suatu saham, atau bagaimana tren pasar, biasanya saya menjawab (saya yakin demikian juga rekan-rekan  pialang yang lain, juga analis dan para 'pakar') dengan up-date berita, rumor, plus tambahan argumentasi dengan memaparkan analisa teknis (TA) maupun fundamental (FA). Pemaparan dengan  menggunakan 'analisa' terkesan meyakinkan, canggih, pakar, "expert", sound rational & reasonable, sebab-akibat yang selalu dapat dibuktikan... setelah kejadian!

SETELAH TERJADI itu SELALU TEPAT
Ya. Misalnya anda penasaran dg saham A, sekarang tanggal 10/10 harganya Rp1000, & bertanya kepada 'pakar' bagaimana prospeknya. Kemungkinan pakar tsb akan menjelaskan dengan cara:
# memberi informasi dari berita2  ttg perusahaan tsb, 

#lengkap dengan paparan analisa:
.)TA Teknikal 

misalnya: pola up-trend; target atau resistance-nya  rp1200, support rp950,
.)FA fundamental 

misalnya: masih under-value sebab  valuasi wajar rp1500

Jadi rekomendasi pakar sekarang: Buy (Rp1000) dengan target trader sell Rp1200, target investor hold (SEBAB fair-value nya Rp1500)

Andai bulan depannya yaitu tgl 11/11 saham A ternyata rp900, maka pakar selalu tepat setelah terjadi, sebab:
# trader harusnya sudah memotong kerugian (cut-loss) pada titik support rp950.
# investor harusnya tetap hold dan tenang, karena "fair-value"nya rp1500!

Saya tidak perlu jelaskan bilamana harga saham A tgl 11/11 misalnya rp1100, karena dengan demikian opini pakar tsb secara faktual ke "arah yg benar" (SEBAB target rp1200 utk trader, rp1500 utk investor).

Bagaimana kalau berikutnya tgl 12/12, harga saham A rp700? Pakar selalu benar (saat terjadi):
# trader harusnya menghindari saham ini, karena secara grafis TA-nya down-trend. Ingat stop-loss rp950.
# investor perlu meng-evaluasi lagi posisinya, SEBAB ada berita-data terbaru emiten tsb yg bakal mengubah valuasi-nya sehingga FA yg lalu menjadi tidak valid lagi. Taksiran sekarang valuasi wajar menjadi rp1000.

Bagaimana & mengapa sering terjadi - andai anda investor - cenderung hold-saham A (SEBAB harga beli awal rp1000 masih = valuasi revisi tsb). Atau yg lebih absurd adalah melakukan average-down (SEBAB rp700 itu menjadi lebih under-value) ?

SEBAB - AKIBAT
 

Blog tulisan ini adalah bentuk 'greget' saya saat ini, akan kesalahan-kesalahan mendasar atas pola pikir para pelaku pasar (termasuk diri saya sebagai seorang "mas"), dalam memandang dan memprediksi dinamika dan volatilitas di bursa. Pikiran kita - sepertinya tanpa sadar - telah dibentuk, atau diarahkan, oleh pendapat para pakar analisis investasi (TA dan FA) dan pengetahuan akademik para ekonom canggih yang mendasari analisis tersebut. Pada kenyataannya (anda bisa lakukan uji statistik, kalau mau) prediksi, pendapat atau analisis para pakar tsb seringkali tidak benar

Anda, saya dan para pakar saham sebetulnya sama-sama TIDAK  TAHU apa yg akan terjadi hari  esok; namun para pakar memiliki cara yg canggih utk menjelaskan, mereka punya "CERITA SEBAB-AKIBAT yg lebih baik dan terasa masuk-akal" daripada kebanyakan orang awam! Keberhasilannya dalam prediksi tidak lebih dari kebetulan (expert's luck) yang  seringkali diberitakan & disebar-luaskan sehingga seolah-olah menegaskan kecakapannya dalam prediksi; namun kegagalannya tidak lebih dari kesalahan pasar, atau seringkali terlupakan & tidak diberitakan, atau dipatahkan dengan argumentasi sebab-akibat terbaru!

POSISI POSISI POSISI
Kalau bisnis properti mengenal jargon "lokasi-lokasi-lokasi" maka bisnis finansial (seperti pasar saham) adalah pas  dengan jargon "posisi-posisi-posisi". Posisi buy antisipasi saham naik (saat sideways). Posisi hold ketika saham trend naik. Posisi sell ketika (trend) saham turun.

Pemahaman dan pengetahuan yang saya paparkan di sini, tidak  dimaksudkan sebagai pengganti analisa teknikal, analisa fundamental maupun analisis psikologis & intuitif, karena tugas tsb sudah dilakukan oleh para pakar dan diri anda sendiri. Tujuan utama saya disini adalah menyajikan pandangan dari atas (helicopter-view) cara kerja pikiran dalam membuat prediksi + keputusan, dan pandangan dari dalam (insight-view)  mengenai cara kerja pasar modal (yang secara khusus, contoh pemaparannya adalah pasar saham Indonesia - Bursa Efek Indonesia) sehingga meningkatkan kualitas keputusan dalam bertransaksi  (buy-hold-sell) bagi semua pelaku pasar.

Dengan kata lain secara singkat: tujuannya adalah U3
Untung-untung-untung atau
Ujung-ujungnya untung :)


Salah satu perkembangan yang  penting adalah, kita  sekarang mengerti bahwa prediksi - baik analisa atau intuisi - para pakar maupun kita sendiri berpotensi sama benarnya (atau sama salahnya). Tinggal bagaimana kita menyikapi prediksi-prediksi tsb dalam membuat  keputusan. Akibat memahami & menyikapi prediksi-prediksi secara lebih baik & bijaksana, menyebabkan pilihan-pilihan keputusan yang lebih baik. Akibat eksekusi keputusan-keputusan yang lebih baik menyebabkan kebetulan-kebetulan yang kita sebut sebagai keberuntungan atau "keberhasilan".

Benar-benar benar
Prediksi --> sikap --> alternatif --> keputusan --> 

                                  kebetulan = keberuntungan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar